Fiction is imagination. Fact is thought.

Monday, September 28, 2015

Good Lie

5:18 PM Posted by FWLNDR No comments

"Apakah kebenaran yang kau ucapkan, atau hanya sebuah pembenaran."
"Kamu apa kabar?"
"Aku baik." kebohongan pertama.

Pelayan menghampiri meja kami, membawakan pesanan, dua cangkir english tea. Aku menghirup aromanya sejenak. Ketenangan yang sebanding dengan harganya.

"Alasan aku buat ngajak kamu ketemu, aku pengen kita selesaikan semuanya, biar gak ada salah paham atau perasaan yang belum selesai." dia diam sebentar, menghela nafas, dan melanjutkan lagi "Aku gak mau nanti ada penyesalan."

"Sampaikan aja, aku akan turuti kemauan mu." kebohonga kedua.
"Aku mau minta maaf, bukan cuma itu, aku mau kita saling memaafkan",
"Kalau begitu, kamu juga mau aku minta maaf, begitu?",
"Iya",
"Meskipun kamu tau, kita berdua tau, aku gak melakukan kesalahan apapun, benarkan?"
"Iya aku tau, tapi aku mau kita saling memaafkan, supaya gak ada yang merasa sakit hati."
"Jadi kamu mau aku minta maaf, supaya kamu gak sakit hati, begitu?"
Dia terdiam
"Maaf aku kurang paham maksud kamu, kenapa kamu harus merasa sakit hati? Bukankah aku yang seharusnya sakit hati?"
Ucapanku terdengar berbeda, seperti bukan aku yang berbicara, kenapa aku jadi menunjukkan emosiku, bukankah rencana aku harus tetap terlihat dingin di depannya, agar dia merasa lebih bersalah, agar dia tidak mendapat kelegaan dari perbuatan yang telah dia lakukan, kenapa jadi seperti ini, kamu harus tenangkan dirimu, ingat kamu harus tetap terlihat tegar, tunjukan padanya kamu baik - baik aja, kamu gak butuh lelaki seperti dia.

Aku raih cangkir english tea dan meminumnya sedikit, hanya agar aku bisa kembali tenang, saat kuletakan cangkir diatas meja dengan cepat dia meraih tanganku, membawa nya lebih dekat kewajahnya. Aku bisa merasakan hangat wajahnya. Apa yang kamu lakukan?.


"Kamu mau kan maafin aku?", wajahnya terlalu naif untuk dikatakan berbohong.

"Iya, aku maafin kamu." kebohongan ketiga.

Aku memaafkan mu yang sudah membuat aku capek - capek datang kesini hanya untuk mendengar mu memohon seperti ini, menghabiskan waktu ku saja.
Aku memaafkan mu yang sudah berkelakuan egois, meminta ku untuk meminta maaf padamu.
Aku memaafkan mu yang sekarang sedang berusaha membuat ku menangis lagi.
Aku memaafkan mu yang sekarang memegang tangan ku tanpa izin.

"Udah kan? Aku boleh minta tangan ku kembali?" kutarik tangan ku perlahan.
"Sekarang giliranmu."perintahnya.

Benar - benar egois, bahkan disaat seperti ini dia tetap memerintahku untuk melakukan kemauanya.
Bagaimana aku bisa bertahan selama ini bersama nya?
Apakah karena sekarang aku tidak mencintainya lagi, aku bisa melihat semua kejelekaannya, yang dulu tertutup oleh ilusi cinta?
Apakah cinta memang benar - benar buta?

"Aku minta maaf, dan terima kasih untuk semuanya."Jujur.
Aku katakan dengan jujur. Kenapa kata - kata tadi bisa kuucapkan dengan jujur?

Aku minta maaf karena semua yang kukatakan adalah kebohongan, dan terima kasih sudah menunjukan seberapa tidak pantas nya kamu untuk ku.

"Udah kan? Aku boleh pergi sekarang?", aku mengenakan jaket ku dan berdiri, masih memandangnya, menunggu.

"Iya, makasih ya." dia tersenyum.
"Iya." aku tersenyum padanya. Kebohongan lainnya.

Aku sempat berbalik sebentar, dan melihatnya masih duduk dengan pose yang sama. Aku melakukan hal yang benar kan?. 


Aku merogoh tas ku untuk mencari kunci mobil, sesaat setelah masuk mobil pandangan ku kembali mengarah ke dia, yang saat ini sudah tidak duduk sendirian lagi di meja itu. Seseorang bersama nya. Iya, kamu melakukan hal yang benar.





THE END